Catatan perjalanan kujang pamor – Kreasi Gosali Pamor Siliwangi

Pada tanggal 8 sd 10 Juni 2008, kami berdua dengan Amas Sambas seorang pandai tempa kujang (Master Bladesmith) menyempatkan diri untuk mengunjungi pameran kujang yang diselenggarakan oleh, Balai Pengelolaan Museum Negeri “Sri Baduga” Jawa Barat dan Paguyuban Pencinta Kujang. Kami sempat bertemu dengan panitia penyelenggara diantaranya dengan Gungun Gurnadi sebagai kolektor kujang, Nita Julianita dari Museum Negeri Sri Baduga, dan Primaditya, dosen muda dari ITS, yang saat ini sedang menyelesaikan thesisnya mengenai klasifikasi dan kerajinan golok, di FSRD-ITB. Kami juga bertemu dengan Jajang seorang akhli ukir kalau didaerah Ciwidey sebutannya adalah maranggi, yang dulu sempat membantu kami pada saat rekonstruksi kujang pamor kami. Bagus sekali themanya: KUJANG PUSAKA JATI DIRI KISUNDA, “Mengenalkan Ragam Bentuk Kujang Sebagai Salah Satu Kekayaan Budaya Jawa Barat”.

Kami berdua bangga dan terharu ternyata penelitian kami 12 tahun yang lalu mengenai Material Baja Pamor yang diaplikasikan pada Kujang, terus berkembang. Waktu itu ide kami sangat sederhana sekali. Bermula dari dari kujang yang kami pesan dari Teddy Kardin Jl. Hegarmanah, Bandung. Beliau memperlihatkan kepada kami dan berkata: “sebutulnya ada material yang sangat artistic namanya Damascussteel”. Kami perhatikan bentuk dan teksturnya memang indah sekali ada garis-garis abstrak putih mengkilap. Lantas saya tanyakan kepada beliau. Kang Teddy kami pernah melihat ini sebagai material keris. Beliaupun menjawab: Iya. Kami langsung penasaran, Kang Teddy punya referensi mengenai material damascussteel?. Beliau menjawab: “Ada”. Boleh kami copy?. “Boleh”. Ketika pulang kami tanyakan kepada Almarhum Ayah kami dan beliau juga mengenalnya sebagai material untuk keris. Karena saat revolusi Almarhum Ayah kami ikut hijrah ke yogya bersama Pasukan Divisi Siliwangi, maka beliau sangat mengenal sekali dengan teknik dan cara pembuatannya, karena disekitar Yogya – Magelang ada beberapa Empu Keris terkenal sebagai pembuat keris keraton.

Berawal dari artikel pendek Majalah Knive inilah, kami coba kembangkan lebih jauh lewat korespondensi, dengan rekan-rekan di USA melalui American Bladesmith Society, wawasan dan pengetahuan kami mulai berkembang. Kebetulan di Jakarta HU. Kompas mengadakan pameran Keris dan Teknik Pembuatannya dengan para perajin keris yang sebagian besar dari Solo. Kami perhatikan teknik pembuatannya karena kebetulan background kami dari teknik mesin, jadi tidak terlalu kesulitan untuk mengikutinya. Dari sinipun kami merasa belum cukup pengetahuan untuk mencoba membuatnya lantas dilanjutkan dengan jalan ke Sekolah Tinggi Seni Indonesia – Solo, yang kebetulan disana ada jurusan kria tosan aji. Saya coba bawa material Alloy Steel AISI O1, AISI C-1045 dan Nickel dengan tingkat kemurnian 99%, untuk dicoba ditempa disana. Mereka kesulitan dalam menempa karena materialnya terlalu keras tetapi akhirnya berhasil juga.

Setelah studi referensi dan studi banding di Solo, akhirnya kami simpulkan untuk mencoba membuat material sendiri dan diaplikasikan pada kujang dan kami namakan kujang pamor. Ide ini dari awalnya sudah kami sampaikan kepada pimpinan perusahaan kami yaitu pasangan suami istri Susanto Widjaja dan Sri Sulastri Anggraini. Beliau setuju untuk melanjutkan penelitian kami dan beliau berpesan kelak penelitian ini harus menjadi suatu produk seni dan budaya yang punya nilai tinggi baik secara estetika maupun komersial. Beliau juga menambahkan mudah-mudahan kelak para seniman, budayawan khususnya dari daerah Jawa Barat akan tertarik untuk menggali kujang lebih jauh lagi. Susanto Widjaja berkelakar dan berkata: “Kami heran kenapa kukri pisau Resimen Tentara Ghurka lebih polularitas dari pada kujang, yaa. Padahal kalau diamati saya yakin ini adalah senjata etnik juga awalnya?!”. Waktu itu kami hanya menjawab:”Waktu akan membuktikan, kelak kujang pamor juga akan dikenal didunia”.

Akhirnya kami sepakat bertiga waktu itu, Susanto Widjaja, Sri Sulastri, Bayu S. Hidajat sepakat membuat bengkel kreasi seni tosan aji dan Susanto Widjaja member nama GOSALI PAMOR SILIWANGI. Gosali dalam bahasa Sunda berarti bengkel tempat seorang Empu berkarya. Pamor adalah bagian dari seni tosan aji (kreasi seni besi yang bernilai) atau bisa juga diartikan sebagi kharismatik dan Siliwangi diambil dari nama Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjadjaran. Kebetulan saat itu instansi yang member sambutan baik pada penelitian kami yang pertama adalah KODAM III – SILIWANGI, melalui panglimanya May.jend. Tayo Tarmadi, dibantu staff nya Letkol. Ali Hassan dan Kol. Tatang.

Pada bulan Agustus 1996, Kami memulai pembuatan Baja Pamor di Gosali milik Amas Sambas, di Kampung Lio, Desa Mekarmaju, Ciwidey, Kab. Bandung. Waktu itu Bayu S. Hidajat sebagai Pengarah Teknis (Technical Advisor), bertanggung jawab pada komposisi material dan teknik proses penempaan. Amas Sambas sebagai pandai (Master Bladesmith), Aka dan Subandi, sebagai panjak (Co. Worker). Dari experiment ini kami berhasil membuat baja pamor motif dasar beras utah, pamor lurus, pamor untir dan udan mas (penamaan ini kami ambil sebagian dari istilah keris). Seluruh baja pamor tersebut langsung kami aplikasikan pada kujang dan kujang kujang tersebut kami berikan sebagai cinderamata pada client di perusahaan kami, sebagian diberikan dan dijual kepada KODAM III-SILIWANGI untuk para tamu VVIP nya, Gubernur Jabar Nuriana, Walikota Bandung Wahyu Hamidjaja dan Pesanan Para Kolektor dalam dan luar negeri.

November 1996, Bayu S. Hidajat dan Amas Sambas berhasil menurunkan, Teknik dan Proses Pembuatan Baja Pamor ini kepada Generasi ke 2 yaitu, Pandai Achid, masih di kampong Lio, Desa Mekarmaju, Ciwidey, Kab. Bandung. Sebagai pendukung yang tidak kalah pentingnya dalam perjalanan kujang pamor kami adalah Jajang Rambo dari Sukawening Ciwidey dan Nur dari Salamanjah Ciwidey. Sedangkan untuk Maranggi generasi pertama adalah Atep dan kedua adalah Jajang Toed.

Dari sejarah singkat inilah babak baru kujang pamor, kreasi empu-empu muda dimulai di Bandung dan mungkin di Jawa Barat, memang masih relatif muda usianya tetapi memang belum banyak hasil serta kreasi yang kami berikan waktu itu tetapi minimal Gosali Pamor Siliwangi, telah berani merubah hal yang imajinatif menjadi sesuatu yang realistic. Kami pun bangga, kemarin dari pembicaraan dengan rekan-rekan di Pameran salah satu maranggi binaan kami berkata: “Selepas Bayu S. Hidajat ke Jakarta dan Yogyakarta, di Ciwidey dilanjutkan oleh Teddy Permadi.” Kebetulan kami dan Amas Sambas tidak sempat bertemu beliau, tetapi Jajang Toed menambahkan bahwa orangnya yang dulu dibawa Bayu S. Hidajat ke Ciwidey diantaranya ke Atep, maranggi. Saya ucapkan juga dengan segala kerendahan hati mohon maaf mungkin saya khilaf. Tapi seingat saya kalau tidak salah dulu pernah ada Seminar dan Pameran Kujang di IAIN dan beberapa koleksi kami juga sempat dipamerkan disana.

Ada beberapa saran yang akan kami sampaikan setelah mengunjungi pameran ini:

  1. Untuk event pameran ini kami acungkan jempol, terlepas dari segala kekurangannya karena sudah berani memulai saja adalah sudah langkah maju. Lakukan dengan lebih baik dan professional lagi serta buat kalender event pada setiap periode waktu. Libatkan instansi terkait dan event organizer yang professional serta pihak sponsor baik dari perusahaan swasta, bumn, PMA dan NGO yang peduli dengan budaya. Sekaligus adakan perlombaan membuat kujang terbaik untuk setiap tahunnya, yang yang pesertanya setiap daerah yang ada di Jawa Barat, khususnya.
  2. Pameran akan lebih menarik bilamana disajikan dalam bentuk real berupa demo proses pembuatan kujang yang terintegrated dari mulai proses penempaan, finishing bilah dan Maranggi. Benefitnya adalah Empu seperti Amas Sambas dan Achid harus diperkenalkan kepada Masyarakat Luas. Karena biar bagaimanapun salah satu kunci kreativitas karya kujang itu ada pada beliau-beliau ini. Para Mpu inilah yang kelak akan mewariskan keakhliannya kepada generasi penerus. Untuk menjaring dan merangsang
  3. Dorong karya penelitian dari pihak PEMDA khususnya libatkan Akademisi, tokoh masyarakat, yang bisa dianggap sebagai narasumber. Satukan hasil segala pemikirannya dan deskripsikan menjadi sebuah buku bahkan jika perlu dijadikan sebagai ensiklopedia. Mungkin disini yang terlibat adalah cabang ilmu antropologi, sejarah, seni & disain material science yang menangani pengembangan material kujang. Lakukan publikasi baik didalam negeri maupun diluar negeri. Kelak kalau kujang kita sudah jelas definisi anatominya, jelas bentuk pamor dari yang menciptanya, bila perlu dipatentkan (HAKI).
  4. Dari sisi material kamipun harus jujur perkembangan secara estetika dan teknik pembuatan baja pamor kita tertinggal jauh di bandingkan dengan Negara USA dan Eropa. Tetapi ini sangat wajar karena walaupun Baja Pamor dulunya sangat berkembang di Negara Indonesia, tetapi perkembangan material science dan metalurgi jauh berkembang dinegara sana. Karena dukungan Research & Development yang baik.
  5. Rangsang para seniman dan perajin tosan aji kujang agar Mpu-Mpu nya bisa hidup dengan layak dan menikmati buah karyanya. Mungkin secara komersial mereka bisa dimasukan dalam pemberian kredit UKM.
  6. Beri kebebasan khususnya para seniman muda untuk melahirkan karya-karya terbaik mereka. Jangan pernah ada lagi kata-kata kujang saya yang asli, kujang saya benar2 yang paling asli karena luangnya ada 5. Kujang yang benar dan asli itu matanya 3. Biar aja public dan market yang akan menilai sesuai dengan seleranya.

Mungkin kelak keberadaan kujang pusaka akan benar2 menjadi jatidiri Kisunda. Awali dengan MAU. Mau kerja keras, mau berpikir, mau jujur, mau berkarya, mau belajar, mau tidak egois …..dll.

Dukungan penuh dari seluruh pemerintah dan masyarakat Jawa Barat khusus nya, menjadikan power agar warisan dan budaya kujang ini tetap terjaga dan lestari. Jangan sampai nanti rebut dan kebakaran jenggot manakala sudah dipatent kan oleh Negara lain. Saving Our Culture Heritage, To be in Harmony with the Universe. Jangan hanya jadi slogan indah tapi harus terealisasi dan benar-benar disadari oleh seluruh masyarakat kita.


~ by bayushidajat on June 10, 2008.

19 Responses to “Catatan perjalanan kujang pamor – Kreasi Gosali Pamor Siliwangi”

  1. Di mana sayabisa mendapatkan Pisau kujang sebesar Lencana untuk dipasang di kerah baju ?

    Kalau ada kelihatannya keren..sambil mempublikasikan Pisau Pusaka Kisunda.

    Hatur Nuhu.

  2. salut buat anda Kang, jarang lho.. Orang yang mau merhatiin budaya dengan sentuhan teknologi moderen. saya juga termask penggemar pisau kecil-kecilan. sekali lagi SALUT BUAT ANDA.

    • Siapa lagi kang Bobob, kalau bukan kita2. Saya hanya ingin menyumbangkan sedikit pengetahuan metalurgi mekanik, untuk pengembangan kerajinan tosan aji yang saya fokuskan salah satunya untuk kujang. Semuanya berawal dari kecil kang, saya pun mengawali ini bersama teman2 dari sebuah mimpi….heheheheh

  3. wah…makin tertarik untuk koleksi kujang.

  4. Keren…

  5. andai saja saya bisa belajar dari Anda….

    • Ok. Mas Lulus dengan segala kerendahan hati saya akan sama2 sharing dan belajar. Rasanya terlalu angkuh kalau saya harus menggurui anda. Prinsip saya hanya satu: “Merajut ilmu, berbagi pengetahuan”. Salam 🙂

  6. anda tidak hanya berbicara di seminar dengan segudang data dan teori tetapi anda dengan sabar menggali sampai dasar yaitu menemukan komposisi material,lakukan terus riset material tsb karena saat ini andalah yang dapat disebut mpu , jangan terjebak belenggu opini picik orang orang egois yang tidak siap dengan kemajuan …

  7. souvenir pernikahan gantungan kunci/bros dari material yang tidak mahal tapi berbentuk kujang bisa bantu dimana yang bisa buat 081395395345, ingin ikut mengingatkan generasi sunda

  8. saya pernah melewati daerah kampung Lio, kang…
    sayangnya cuma lewat, tp insyaallah nanti saya berkunjung ke GPS dan mau memesan kujang buat koleksi, skrg baru punya 1 yg dr kuningan..
    kang, klo tidak keberatan untuk menyebutkan nominal harga nya brp untuk kujang yg terbuat dr baja pamor??
    wassalam

  9. kang, kalau misalnya akang berkenan untuk japri ke email saya di :
    uusdenikusmana@yahoo.co.uk atau kisundatea@gmail.com..hatur nuhun

  10. dimana saya disa buat/beli kujang

  11. ass.bagaimana sy bs memiliki kujang yg asli,,,

  12. Terkesan sekali membaca tulisan di atas. Saya semakin terdorong untuk segera mengoleksi Kujang yang sejak lama menjadi impian saya. Baiknya lagi kalau kita punya forum khusus untuk “sharing” tentang berbagai informasi budaya sunda terutama kujang ini. Mohon kalau ada info penting mengenai kujang saya diberi info. Terima kasih. Nyuhunkeun widi artikelna ku pribados di copy kanggo di blog pribados.

  13. Mohon informasinya dimana saya bisa beli kujang untuk hiasan? Kebetulan ada teman dari Denpasar mau mulai koleksi. Saya senang sekali jika info-nya diberikan sebelum akhir Des 09. Terima kasih.

  14. kang… punten kalo boleh tahu alamat kang gun gun gunardi di mana ya? kebetulan ayah mertua saya penggemar kujang dan semua hal tentang sejarah sunda. kalo bisa no tlp nya juga kang… nuhun sateuacana

  15. wahh… hebat.. hebat..

Leave a reply to iswara dewa Cancel reply